(DNR) Mungkin kita semua sudah familiar dengan istilah ini. Namun, apakah kita sudah memahami maksudnya?

Kedudukan sholat lima waktu dalam agama ini adalah ibarat tiang penopang dari suatu kubah (dalam hal ini yang dimaksud dengan kubah adalah Islam) . Tiang penopang yang di maksud di sini adalah tiang utama. Artinya jika tiang utama ini roboh, maka tentu suatu kubah atau kemah akan roboh.

Dari Muadz bin Jabal, Nabi SAW bersabda. “Inti pokok segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah sholat.” (HR. Tirmidzi no 2616 dan Ibnu Majah no. 3973. Al Hafidz Abu Thohir mengatakan bahwa hadist ini hasan).

“Shalat itu adalah tiang agama (Islam), maka barangsiapa mendirikannya maka sungguh ia telah mendirikan agama; dan barangsiapa meninggalkannya, maka sungguh ia telah merubuhkan agama” (HR. Baihaqi).

Dari hadist-hadist tersebut tampak begitu pentingnya shalat sebagai tiang agama. Karena tanpa tiang bagaimana kubah tersebut dapat berdiri? Bagaimana tanpa sholat Islam bisa tegak?
Meskipun banyak di antara kita yang tidak mau menegakkannya atau suka menggesernya sesuka hati atau tanpa merasa bersalah.

Di samping banyak yang malas mendirikan shalat, banyak juga yang mengabaikan ketepatan waktu dalam pelaksanaanya. Misal saat sibuk kenduri, hajatan, pekerjaan, atau kegiatan yang dianggap penting lainnya.
Shalat kadangkala digeser waktunya, bahkan hingga akhir waktu, demi mengutamakan waktu acara tersebut. Seakan-akan pekerjaan, atau acara makan-makan itu lebih utama ketimbang shalat. Atau seakan-akan tamu undangan lebih utama ketimbang memenuhi panggilan Allah.

Na’udzubillahimindzalik.
Sepertinya kita sering lupa bahwa sholat adalah hal pertama dihisab dan penentu baik atau buruknya keseluhuran amal seseorang di akhirat nanti.